Kamis, 31 Desember 2009


MUARA TEWEH, KOMPAS.com--Menyambut Tahun Baru 2010 suku Dayak yang beragama Hindu Kaharingan di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah akan menggelar ritual tolak bala.

"Ritual ini biasa kami gelar setiap menjelang pergantian tahun atau menyonsong tahun baru yang nanti pada Kamis (31/12) dari siang hingga malam," kata Sekretaris Majelis Daerah Agama Kaharingan (MDAK) Barito Utara, Mansaji di Muara Teweh, Selasa.

Menurut Mansaji, ritual yang akan digelar di rumah ibadah balai `Basarah` ini nantinya mengundang sejumlah pejabat dan warga masyarakat setempat.

Ritual tolak bala suku Dayak itu, kata dia, dilakukan dengan membakar kemenyan dan bebatuan yang merupakan tradisi umat Kaharingan untuk menyambut pergantian tahun baru.

"Kegiatan ini merupakan ungkapan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang lahir dari lubuk hati umat Hindu Kaharingan untuk mendekatkan diri kepada Ranying Hatala Langit," katanya.

Menurut dia, sebagai hamba dan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan apa yang telah dilakukan dan telah dikerjakan masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.

Selain itu juga akan dibacakan ikrar bersama yang berisi beberapa poin diantaranya meminta Gunung Peyuyan, Gunung Peyenteau dan Gunung Lumut di wilayah Kecamatan Gunung Purei perlu dilindungi dan dipelihara dari perbuatan orang yang tidak bertanggung jawab.

Hutan disekitar kawasan tiga gunung yang disakralkan suku Dayak umat Kaharingan itu merupakan tempat mengantar Liau (arwah) orang yang meninggal dunia menuju ke Lewu Tatau atau sorga melalui ritual adat Wara.

"Kami minta hutan di kawasan gunung yang menjadi tempat sakral itu dijaga dari perbuatan pihak yang tidak bertanggungjawab," katanya.

0 komentar:

Posting Komentar